Nuansa suara mengonggong, melolong, menyalak yang dikeluarkan anjing kini tampaknya bisa dibedakan oleh program komputer baru yang dikembangkan ilmuwan Hungaria.
Piranti lunak ini dilaporkan membedakan reaksi emosional 14 ekor anjing jenis Mudi Hungaria. Setelah menganalisis 6.000 suara anjing menyalak, program itu diarahkan untuk menentukan apakah seekor anjing telah menemukan bola, sedang bertarung, bermain, bertemu orang asing atau ingin berjalan-jalan. Namun, tim ilmuwan mengakui teknologi hanya sedikit lebih baik dari kemampuan manusia.
Komputer dengan software tersebut bisa mengenali keadaan emosional 43% anjing, sedangkan manusia bisa mengidentifikasi 40%. Meski demikian, si penyusun penelitian - Csaba Molnar dari Universitas Eotvos di Budapest - mengatakan, software tadi bisa diperbaiki, dan mungkin juga bisa diterapkan untuk analisis komunikasi manusia. "Saya katakan bahwa kami telah membuktikan ada perbedaan kontekstual yang sangat kuat di antara suara menyalak, namun penelitian panjang lain diperlukan untuk menentukan berbagai keadaan emosional dan ciri setiap jenis anjing," tuturnya.
Dia menambahkan: "Di masa datang, kita bisa menggunakan software ini untuk setiap kategori vokal atau sinyal lain." Sang ilmuwan juga yakin bahwa versi berikut software tersebut mungkin bisa membantu pemilik dan pelatih anjing mengidentifikasi keadaan anjing secara lebih seksama. "Potensi aplikasi komersial mungkin berupa peralatan komunikasi anjing-manusia," kata si ilmuwan. (ip)
(IndoFamilyPets)
Jumat, 21 November 2008
Program Komputer Bahasa Anjing !
Dog Store
Toko Kue Khusus untuk Anjing
Kreativitas tak berbatas. Mungkin kalimat itu yang pantas dilontarkan ketika seorang pembuat kue ternama mendapat ide untuk membuka toko kue kering yang dikhususkan untuk anjing. Toko kue tersebut berlokasi di Paris, Prancis. Toko Mon Bon Chien tersebut menjual aneka biskuit berbentuk kucing dan kue-kue yang dibentuk seperti tulang.
Pemilik toko sekaligus pembuat kue-kue unik tersebut adalah Harriet Sternstein yang pindah ke Paris dari AS bersama anjing kesayangannya yang diberi nama Sophie-Marie.
Sophie-Marie telah memberi inspirasi bagi Sternstein untuk memulai bisnis baru ini. Menurut Sternstein, ini cara terbaik untuk menghasilkan uang dengan menggabungkan dua kegemarannya, kue kering dan binatang peliharaan.
(vet-indo.com)
Hari Rabies seDunia
Saat ini seluruh dunia bergabung untuk memerangi penyakit anjing gila (rabies). Untuk pertama kalinya dunia menetapkan bahwa tanggal 8 September 2007 sebagai Hari Rabies seDunia atau World Rabies Day. Hari rabies sedunia bertujuan
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies terutama anjing, kucing dan kera. Virus ini berada di air liur dan biasanya berpindah atau menyebar dari hewan ke hewan atau hewan ke manusia (zoonosis). Virus ini juga menyebar melalui jilatan, ketika air liur yang terkontaminasi bersentuhan langsung dengan luka yang terbuka, mulut, mata dan hidung.
Rabies telah memakan korban kurang lebih 55.000 korban setiap tahunnya bahkan sekitar satu orang meninggal dalam waktu 10 menit akibat rabies di seluruh dunia. Sebagian besar korban yang meninggal akibat rabies berada di negara-negara Asia dan Afrika dimana anjing rabies adalah umum. Masyarakat yang paling rentan menderita rabies adalah anak-anak. Hampir 50% korban yang meninggal berusia di bawah 15 tahun. Berdasarkan laporan OIE (Organization International des Epizooties) menyatakan bahwa penyakit Rabies di negara berkembang merupakan urutan nomor 2 (dua) yang paling ditakuti wisatawan mancanegara setelah penyakit malaria.
Rabies di Indonesia
Indonesia sebagai salah satu negara di kawasan Asia tidak lepas dari kasus Rabies. Di Indonesia Rabies pertama kali dilaporkan pada kerbau oleh Esser (1884), kemudian oleh Penning pada anjing (1889) dan oleh E.V. de Haan pada manusia (1894). Secara kronologis tahun terjadinya kasus Rabies ditemukan di Jawa Barat (1948), Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur (1953), Sumatera Utara (1956), Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara (1958), Sumatera Selatan (1959), DI. Aceh (1970), Jambi dan Yogyakarta (1971), Bengkulu, DKI Jakarta dan Sulawesi Tenggara (1972), Kalimantan Timur (1974), Riau (1975), Kalimantan Tengah(1978), Kalimantan Selatan (1983) dan P. Flores (1997). Pada akhir tahun 1997, wabah Rabies muncul di Kabupaten Flores Timur – NTT sebagai akibat pemasukan secara illegal anjing dari Pulau Buton – Sulawesi Tenggara yang merupakan daerah endemik Rabies.
Pada tahun 2004 di Ambon, Maluku jumlah orang yang meninggal akibat rabies sebanyak 21 orang. Sebanyak 5 orang meninggal akibat rabies di Mamuju Utara, Sulawesi Barat. Itu merupakan sebagian contoh kasus rabies di Indonesia yang memakan korban jiwa. Hal ini dikarenakan ketidakpahaman masyarakat tentang penyakit tersebut. Bahkan masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa digigit anjing atau kucing adalah hal yang biasa. Dalam hal ini peran pemerintah daerah diperlukan dalam menyampaikan informasi tentang Rabies.
Dalam penanganan kasus Rabies di Indonesia tidak lepas dari peran dokter hewan terutama dalam hal preventive atau pencegahan. Pemberian vaksin pada Anjing, kucing atau hewan-hewan yang diduga dapat menyebarkan Rabies merupakan salah satu tugasnya. Namun masih banyak hal yang dapat dilakukan oleh dokter hewan seperti halnya dalam peredaran hewan. Dalam perdagangan hewan dari dan ke dalam negeri seluruh hewan harus mempunyai izin bebas dari penyakit menular dari dokter hewan bahkan perdagangan hewan dalam negeri terutama antar pulau. Walaupun terkadang terbentur oleh ketidaktegasan hukum yang mewajibkan penanggulangan penyakit hewan oleh dokter hewan.
(Andi Yekti Widodo, IMAKAHI Cabang FKH IPB)