Jumat, 30 Januari 2009

Wellington

KOMPAS, Jumat, 30 Januari 2009, 00:28 Wib
Menjadi ayah pada usia 111 tahun? Jangan bingung dulu. Ini cerita soal seekor kadal bernama Henry di Museum Southland di Invercargill, Selandia Baru bagian selatan. Kadal langka dari era prasejarah berusia 111 tahun ini menjadi ayah dari 11 kadal lainnya hari Selasa (27/1). Semua ini karena
Henry baru diberikan jodoh. Sebelumnya, Henry tak punya selera kawin dan cenderung agresif begitu ada kadal betina. Rupanya, ada kanker pada bagian bawah tubuhnya yang membuat si Henry tak punya selera kawin. Begitu kanker diangkat, Henry langsung berselera. Saat disodorkan kadal betina, Mildred, yang berusia 31 tahun pada bulan Maret lalu, Henry langsung bersemangat. Hasilnya, Mildred bulan Juni lalu langsung bertelur 12 butir, tetapi hanya 11 butir yang menetas menjadi anak kadal. Henry, kadal dengan berat 1,2 kilogram dan panjang 60 sentimeter ini, kini tidak lagi agresif, melainkan punya selera kawin yang tinggi. Henry kini hidup dengan tiga kadal betina. ”Sebuah kehidupan yang harmoni. Kami berharap ada lagi yang bertelur tahun ini,” ujar Lindsay Hazley, petugas museum.

Readmore »»

Kamis, 29 Januari 2009

Rabies - 17 Anjing Ras Selundupan Disuntik Mati

KOMPAS, Kamis, 29 Januari 2009 01:15 WIB
Denpasar - Balai Karantina Pertanian Terpadu Kelas I Denpasar menyuntik mati 17 dari 20 anak anjing ras yang diselundupkan ke Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana. Langkah tegas ini dilakukan sebagai upaya mengurangi penularan penyakit rabies atau anjing gila.


Kepala Balai Karantina Pertanian Terpadu Kelas I Denpasar Ketut Diarmita di Denpasar, Rabu (28/1), mengatakan, pemusnahan dilakukan dengan menyuntikkan cairan strichnin ke tubuh setiap anjing secara bergantian, Selasa lalu di Jembrana.

Sebelum dimusnahkan, spesimen setiap anjing sudah diambil untuk diteliti di laboratorium Balai Veteriner Denpasar. Tiga ekor sudah mati sebelumnya karena lemas di bus.

”Kami memang bertindak tegas untuk menghindari penularan rabies ke Bali sekaligus menjadikan daerah ini bebas rabies kembali. Selain itu, bersama tim penanggulangan rabies daerah, kami juga tengah meneliti lebih jauh perihal strain virus rabies yang masuk ke Bali. Makanya, spesimen kami bawa ke laboratorium,” kata Diarmita.

Ia menyebut beberapa dasar hukum pemusnahan anjing- anjing ras itu, yaitu SK Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor 4775.a/PD 670 320/L/ 12/2008 dan SK Menteri Pertanian Nomor 1696/Kpts/ PD610/12/2008. Strain virus rabies yang ada di Indonesia saat ini ialah jenis Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Flores/Sulawesi.

Ke-20 ekor anak anjing ras itu ditemukan Kantor Polisi Pengamanan Pelabuhan (KP3) Laut Gilimanuk di sebuah bus wisata Senin lalu. Anjing-anjing itu ditemukan dalam enam keranjang plastik tanpa dilengkapi surat pengangkutan maupun asal-usul. Sopir bus itu mengaku dititipi seseorang saat melintas di Probolinggo, Jawa Timur, dengan tujuan Denpasar, Bali. Anjing-anjing itu diduga akan diperdagangkan di Denpasar. (BEN)

Readmore »»

Rabu, 28 Januari 2009

Lagos

KOMPAS, Selasa, 27 Januari 2009, 01:15 Wib

Polisi di Negara Bagian Kwara, Nigeria, Sabtu (24/1), menahan seekor kambing karena dicurigai hendak mencuri sebuah mobil Mazda 323. Lho, kok bisa?

Penahanan ini didasarkan pada keyakinan masyarakat di sana bahwa kambing warna belang, hitam putih, adalah penjelmaan seorang pencuri bersenjata yang hendak mencuri mobil tadi. Penduduk desa yang curiga menyerahkan kambing tersebut kepada polisi. Mereka yakin kambing itu adalah pencuri bersenjata yang menggunakan ilmu hitam dan menjelma sebagai kambing. ”Warga melaporkan, saat ronda mereka memergoki dua penjahat bersenjata hendak mencuri mobil. Peronda memburu penjahat tadi dan seorang lolos, sedangkan yang lainnya menjelma menjadi kambing,” ujar Tunde Mohammed, dari Kepolisian Negara Bagian Kwara. ”Saya tidak bisa memastikan kisah ini, tetapi yang jelas kambing tersebut ada dalam sel tahanan kami. Kami tidak bisa memberi informasi berdasarkan hal-hal mistis,” ujarnya. Pokoknya polisi masih terus menahan kambing tadi.

Readmore »»

Rekayasa Teknologi - Binatang Hasil Kloning Aman Dikonsumsi

KOMPAS, Rabu, 21 Januari 2009 01:57 WIB
Tokyo, Selasa - Kelompok studi dari lembaga keamanan pangan Jepang menyatakan, binatang-binatang hasil kloning aman untuk dikonsumsi. Namun, pernyataan itu belum direkomendasikan kepada pemerintah.


Masih dibutuhkan waktu beberapa lama sebelum Komisi Keamanan Pangan, yang berisi para ahli di tingkat lebih tinggi, mengumumkan kajian keamanan pangan hasil teknologi reproduksi yang kontroversial.
Juru bicara komisi, Kazuo Funasaka, mengatakan, kelompok kerja yang terdiri dari beberapa ahli saat ini sedang mencurahkan perhatiannya pada kajian kesehatan sapi dan babi hasil kloning.
”Asumsi diskusi itu adalah, bila binatang-binatang itu sehat, makanan yang dihasilkan dari binatang itu pun akan aman dikonsumsi,” katanya.
Ditambahkan, kesimpulan itu didasarkan atas pengetahuan dan informasi ilmiah yang tersedia saat ini. Sampai saat ini diasumsikan kadar keamanan mengonsumsi binatang hasil kloning sama dengan jenis dari binatang yang dipelihara secara konvensional. Belum ada keluhan pula setelah mengonsumsi hewan hasil kloning.

Efisiensi produksi ternak
Setahun sebelumnya, Amerika Serikat membuka pintu bagi produk susu dan daging dari sapi, babi, dan kambing/domba atau keturunannya hasil kloning ke dalam rantai suplai makanan.
Di Jepang, binatang hasil kloning dipertimbangkan sebagai teknologi kunci untuk efisiensi pada produksi ternak. Kementerian Kesehatan Jepang pada April 2008 meminta Komisi Keamanan Pangan mengkaji keamanan pangan dari beberapa jenis sumber konsumsi hewani.
Pemerintah Jepang sempat menghadapi kritikan tajam warga menyusul beras impor yang membusuk dan sejumlah skandal pangan tahun lalu. Hal itu membuat warganya lebih berhati-hati lagi mengenai produk pangan binatang hasil kloning.
Sejauh ini, Jepang berada di antara negara-negara penghasil binatang kloning seperti babi, sapi, dan kambing.
Sejak tahun 1998, jumlah sapi hasil kloning yang dipelihara lebih dari 550 ekor. Mereka juga memelihara sejumlah babi dan kambing hasil kloning untuk maksud penelitian.
Hingga kini, belum ada pernyataan keberatan atas pernyataan Komisi Keamanan Pangan Jepang tersebut. Proses kloning binatang pernah menjadi perdebatan keras antara kubu pendukung dan penentangnya terkait etika.(REUTERS/GSA)

Readmore »»

Kamis, 22 Januari 2009

Brussels

KOMPAS, Kamis, 22 Januari 2009, 01:02 WIB

Cuaca bersalju dan dingin di Belgia membuat pengelola rumah penampungan di Liege, Belgia, bersedia menampung tidak saja para tunawisma, tetapi juga binatang piaraan mereka. Michel Faway dari Badan Kesejahteraan Sosial kota Liege, Selasa (20/1), mengakui,

mereka akhirnya bersedia menampung delapan tunawisma yang meminta penampungan berikut dengan anjing piaraan mereka. Cuaca yang dingin membeku memaksa badan sosial ini lebih kompromistis. Sebelumnya, tunawisma selalu ditolak di rumah penampungan karena membawa binatang piaraannya. Penolakan ini tanpa kompromi, sekalipun cuaca sedang dingin seperti saat ini. Para tunawisma di Liege serta di seluruh Eropa kali ini sangat menderita akibat temperatur yang berada di bawah nol derajat Celsius. Pihak kota Liege kali ini sulit menolak tunawisma yang membawa anjing, mengingat cuaca dingin yang luar biasa. Kadang kala, jumlah tunawisma cukup besar sehingga tidak cukup untuk rumah penampungan yang kecil. Para tunawisma sampai harus dibawa menggunakan bus ke asrama sebuah klub sepak bola. Namun, soal kebijakan menampung tunawisma beserta anjing piaraannya diharapkan bisa juga diterapkan oleh pemerintahan kota lainnya di Belgia. Serba salah juga. Menyelamatkan seorang tunawisma yang manusia atau menyelamatkan seekor anjing? Pemerintah Liege rupanya memilih untuk menyayangi keduanya.(

Readmore »»

Ottawa

KOMPAS Selasa, 20 Januari 2009 01:08 WIB
Seekor kambing eksotik di kebun binatang Calgary, kawasan barat Provinsi Alberta, Kanada, secara tak sengaja menggantung dirinya setelah terjerat pada seutas tali dan terjatuh ke sebuah balok kayu. Gambar dari CTV, Minggu (18/1), memperlihatkan bagaimana kambing asal Turkmenistan itu tergantung pada tali di halaman kandangnya pada hari Jumat. Petugas kebun binatang kemudian berupaya menyadarkan kambing itu, tetapi gagal. Pihak kebun binatang mengatakan, kambing tersebut sedang bermain-main dengan sebuah bola pada ujung tali. Bola dan tali ini merupakan bagian dari alat untuk melatih dan menstimulasi kambing sehingga menarik perhatian pengunjung kebun binatang. Entah mengapa, kambing itu terjerat tali dan kemudian terjatuh ke balok kayu yang menyebabkan kematiannya. Kematian kambing di kebun binatang Calgary ini merupakan cerita terakhir dari serangkaian kematian yang menimpa penghuni kebun binatang itu. November lalu, seekor anak gajah mati karena virus. Pada Mei 2008, 41 ikan pari mati dan tak diketahui penyebabnya. Kurang sajen barangkali.

Readmore »»

Minneapolis

KOMPAS Senin, 19 Januari 2009 00:26 WIB

Gwen Beberg, salah satu personel militer AS yang bertugas di Irak, akhirnya bersatu lagi dengan Ratchet, anak anjing yang diselamatkannya dari sampah yang terbakar di Irak. Beberg kembali ke rumahnya di Spring Lake Park, Minnesota, Sabtu (10/1), setelah bertugas di Kentucky sejak dia kembali dari Irak. Beberg, perempuan tentara, dan seorang rekannya menyelamatkan anak anjing berusia empat pekan ini bulan Mei lalu. Beberg lantas jatuh sayang kepada anjing kecil yang dinamai Ratchet itu. Dia bahkan menjuluki Ratchet ”Fuzzy Little Love” karena selalu bisa menumbuhkan semangat hidupnya. Akan tetapi, militer AS punya peraturan tidak mau membawa anjing keluar dari Irak. Intinya, militer tidak mau ada seekor binatang dibawa dari Irak. Namun, belakangan, militer mengatakan anjing tersebut bisa dibawa asalkan dengan pesawat khusus. Kisah Beberg dan Ratchet ini sampai ke kelompok penyayang binatang yang lantas mengatur sebuah penerbangan bagi Ratchet. Anjing kecil itu akhirnya bisa sampai ke Minnesota pada bulan Oktober dan untuk sementara berada bersama orangtua Beberg sampai dia berjumpa lagi hari Sabtu.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/01/19/00264465/kilasan.kawat.sedunia

Readmore »»

Senin, 12 Januari 2009

New York - Dipulangkan ke Laut

Neil Robinson di Portsmouth, New Hampshire, Amerika Serikat, membawa lobster berusia 140 tahun berbobot 10 kilogram. Dia memulangkan lobster bernama George tersebut ke laut di Kennebunkport, Maine, Sabtu (10/1). George ditemukan di sebuah restoran makanan laut di New York City.


Seekor lobster yang diperkirakan berusia 140 tahun akhirnya kembali mendapatkan kebebasannya. Kelompok penyayang binatang, Rakyat bagi Perlakuan Binatang, Jumat (9/1), mengatakan, lobster seberat sembilan kilogram ini sebelumnya sudah menjadi maskot sebuah restoran di New York, AS. Lobster gaek ini ditangkap sekitar dua pekan lalu di Pantai Kanada dan dibeli seharga 100 dollar AS (sekitar Rp 1,05 juta) untuk dijadikan maskot Restoran City Crab and Seafood di New York. ”Kami membeli lobster dan mulai menjadi perhatian, terutama anak-anak. Semuanya berjalan baik,” ujar Keith Valenti, manajer restoran makanan laut itu. Namun, Valenti mengaku tidak kecewa harus mengembalikan lobster tua itu ke laut lepas, ke kehidupan bebasnya selama ini. Kok bisa memastikan lobster itu berusia sekitar 140 tahun? Usia lobster memang sejalan dengan berat tubuhnya. Setiap setengah kilogram berat seekor lobster membutuhkan waktu pertumbuhan sekitar tujuh hingga 10 tahun. Lobster di New York ini punya berat sembilan kilogram dan memang mempunyai ukuran tubuh yang luar biasa. Sangat jarang bisa menangkap lobster dengan usia lebih dari 100 tahun karena ukuran keranjang penangkap lobster yang terlalu kecil bagi lobster berusia di atas 100 tahun. Lobster ini akhirnya harus dibebaskan setelah ada konsumen restoran menelepon kelompok penyayang binatang itu.

Readmore »»

Investigating Puppy Mills

The Truth About Puppy Mills
Lisa and Bill spend the next two days tracing the pet store puppies back to their breeders. Bill has fostered relationships with hundreds of breeders across Pennsylvania.
He asks them to give him the dogs they no longer want or, worse, the ones they're planning to kill. Bill says these breeders most often want to get rid of older females and younger males. Breeders only need one or two male dogs to breed with every 20 fertile females, so young female dogs are valuable in puppy mills.Lisa and Bill head to the breeder where the black cockapoo was born. The breeder tells them its mother is one of the dogs in cages outside. Lisa and Bill then followed the breeder into a building full of cramped wooden crates stuffed with dogs. "The spaces are so small, the mothers are stepping all over their babies," Lisa says. Bill says he thinks many of these dogs have never walked in the grass though they live on a 60-acre property.Visiting the home of the Labrador retriever puppies, Lisa and Bill find the lab puppies' mother in a small, mud-filled pen. Her teats are swollen—Bill says this is evidence she's had many litters of puppies.
Lisa and Bill continue on to see other nearby puppy mills. In one, they find 30 to 40 dogs in wire-floored rabbit cages stacked to the ceiling in a room that reeks of urine and feces.Before they go to one breeder's property, Bill warns Lisa about what she may see. "It's probably the worst place I've ever been to in my life. He has dogs running on wheels in fan casings," Bill says. The contraptions look like big gerbil wheels. "[The breeder] claims that it's good for them because they get exercise," Bill says.That breeder wouldn't let them see his dogs, but Lisa and Bill saw two dead animals on the property.At a third breeder's facility, Lisa and Bill see outdoor cages that house scores of Pomeranians. Bill tells Lisa that not only have those dogs probably never been out of those small cages, it's likely that they remain outside even in bad weather and could die from exposure.

Readmore »»