Selasa, 24 Februari 2009

Eliminasi Anjing Liar di Sepanjang Pantai Sanur

KOMPAS, Selasa 24 Februari 2009, 00:51 Wib
Pemerintah Kota Denpasar, Bali, kembali menggelar pemusnahan atau eliminasi anjing liar untuk mempersempit penularan penyakit rabies, Senin (23/2). Hasilnya,
29 ekor anjing liar dieliminasi dengan cara diracun dari kawasan pantai dan pasar di sepanjang Desa Sanur. Digelarnya kegiatan eliminasi di sepanjang garis pantai Sanur cukup menarik mengingat kawasan itu adalah salah satu daerah tujuan wisata ternama di Bali. Kepala Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Denpasar Dewa Made Ngurah menyatakan, eliminasi di kawasan Sanur menjadi salah satu fokus kegiatan penanggulangan rabies. ”Kami ingin memastikan bahwa rabies tidak menyebar di Denpasar dan wisatawan tidak terganggu dengan isu merebaknya rabies di Bali,” ujarnya. (BEN)

Readmore »»

Jumat, 20 Februari 2009

New Delhi

KOMPAS, Jumat, 20 Februari 2009, 00:44 Wib
Sekitar 150 tamu hadir dalam pernikahan adat antara Sagula dan Jyoti di Distrik Jajpur, Negara Bagian Orissa, India timur. Harian lokal yang mengutip saksi mata, Rabu (18/2), memberitakan, Sagula adalah bayi laki-laki berusia dua tahun, sementara Jyoti adalah seekor anjing lokal.
Rupanya pernikahan ini bagian dari adat Suku Munda agar Sagula nantinya terlindungi dari serangan binatang liar, seperti harimau. Saat dewasa, Sagula juga tetap bisa menikah dengan perempuan yang dicintainya tanpa harus bercerai dengan Jyoti. Dengan pernikahan ini, penampilan Sagula diyakini akan membuat binatang liar, seperti harimau, takut menyerangnya. Para dewa dari suku akan memberkatinya dan melindunginya dari roh jahat. ”Kami melakukan perkawinan ini untuk menghalau segala kutukan yang menimpanya dan kami,” ujar Sanarumala Munda, ayah Sagula. Bayi yang baru tumbuh gigi ini digiring ke sebuah kuil desa, di sana seorang pemuka agama mengawinkannya dengan Jyoti, anjing milik tetangga pengantin laki-laki. Layaknya sebuah pesta pernikahan, tamu dan warga desa berpesta dengan jamuan makan dan minuman beralkohol. Pengganti ”putri”, alias anjing itu, dibiarkan berkeliaran seusai upacara pemberkatan. Ritual ini seperti ini masih berlangsung di negara bagian yang sebagian besar penduduknya buta huruf itu.

Readmore »»

Rabies Menyebar Lagi

Ditemukan Kasus di 24 Provinsi, 14.106 Orang Digigit Anjing KOMPAS, Jumat, 20 Februari 2009 00:47 WIB Jakarta - Penyebaran rabies atau dikenal sebagai penyakit anjing gila terus meluas. Saat ini ditemukan kasus rabies di 24 provinsi dan hanya sembilan provinsi di Tanah Air yang dinyatakan bebas penyakit rabies.


Bila tidak segera ditangani, penularan penyakit rabies bisa berakibat fatal bagi penderitanya, bahkan menyebabkan kematian. ”Karena penularannya melalui gigitan anjing, pengendalian penyakit ini dilakukan Departemen Pertanian bersama dengan Departemen Kesehatan,” kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Tjandra Yoga Aditama saat dihubungi Kamis (19/2) di Jakarta. Depkes menyebutkan, sembilan provinsi yang tidak ditemukan kasus rabies atau bebas rabies yaitu Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Papua, dan Papua Barat. ”Sebelum ada kasus, Bali termasuk bebas rabies,” ujarnya. Dalam lima tahun terakhir, kasus rabies di Indonesia muncul di sejumlah provinsi. Pada tahun 2008 ada 14.106 orang digigit anjing, 9.565 orang mendapat vaksin dan pengobatan, serta 85 orang positif terkena rabies. Di Provinsi Bali, sejak Mei 2008 sampai kini jumlah penduduk yang digigit anjing lebih dari 1.700 orang, sebanyak 1.613 orang diberi vaksin dan obat, sedangkan satu orang menderita rabies. Ditularkan anjing Penyakit ini disebabkan virus rabies yang mengakibatkan gangguan pada susunan saraf pusat (SSP). Gejalanya antara lain demam dan kejang-kejang otot. Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah anjing dan binatang-binatang liar seperti kera dan kelelawar. ”Di Indonesia, sekitar 98 persen kasus rabies ditularkan oleh anjing,” kata Tjandra. Dari Kabupaten Garut, Jawa Barat dilaporkan, sebanyak 270 ekor anjing liar telah dieliminasi serta 215 ekor anjing peliharaan divaksinasi di empat desa di Kecamatan Mekarmukti. Langkah tersebut dilakukan menyusul munculnya kasus gigitan seekor anjing terhadap tujuh warga setempat pada bulan Januari 2009. Kepala Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Garut Hermanto mengatakan, dalam dua bulan terakhir terjadi dua kasus gigitan anjing terhadap manusia. Kasus pertama di Kecamatan Mekarmukti pada Januari 2009 seekor anjing berumur satu tahun menggigit tujuh orang. Kasus kedua terjadi di Kecamatan Karangpawitan seekor anjing menggigit 11 orang. (EVY/ADH)

Readmore »»

Rabu, 18 Februari 2009

New York

KOMPAS, 18 Februari 2009, 00:03 Wib
Seekor binatang tetap saja punya naluri liar. Seekor simpanse, Travis, berusia 15 tahun, pernah tampil dalam iklan Coca Cola pada tahun 2003. Dia juga sangat terlatih, memakai baju dan makan sendiri, mencari saluran televisi, serta mengoperasikan komputer.
Travis juga terkenal di Stamford, Connecticut, karena pemiliknya sering membawa simpanse seberat 80 kilogram ini dengan mobil berkeliling kota. Namun, harian Stamford Advocate edisi Senin (16/2) melaporkan, Travis terpaksa disayat dengan pisau dapur oleh pemiliknya, Sandra Harold, setelah simpanse ini menyerang seorang teman Harold yang sedang bertamu. Tamu perempuan yang tak dirinci namanya ini mengalami luka di wajah dan tangan. Meski disayat Travis tetap saja mengamuk. Harold terpaksa menelepon polisi untuk membantu. Dua personel polisi yang datang juga cedera setelah menjadi sasaran amukan Travis yang lolos keluar rumah. Travis pun mencoba menyerang seorang polisi yang berada di dalam mobil. Dengan alasan mempertahankan diri, pistol sang polisi meletus dan Travis pun tewas seketika. Belum bisa dipahami mengapa Travis sampai mengamuk. Don Mecca, seorang teman Harold, mengatakan, dirinya tidak pernah percaya pada simpanse. ”Mereka terlihat tenang, tetapi mereka akan menyerang Anda suatu ketika.” ujarnya.

Readmore »»

ANJING GILA - Denpasar Mulai Gelar Pemusnahan secara Terbuka

KOMPAS, Rabu, 18 Februari 2009 00:04 WIB
Denpasar - Pemerintah Kota Denpasar mulai menggelar pemusnahan anjing liar secara terbuka dan massal, Selasa (17/2). Langkah itu diambil untuk mempersempit penularan rantai rabies atau anjing gila di samping menggelar vaksinasi terhadap anjing peliharaan warga.


Kegiatan pemusnahan kemarin diawali di Kelurahan Serangan, Pulau Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan. Sasarannya adalah anjing liar yang banyak berkeliaran di pulau itu. Dikerahkan 20 petugas gabungan dari Dinas Peternakan dan Kelautan Kota Denpasar, Balai Karantina Kelas I Denpasar dibantu warga setempat. Untuk membedakan anjing liar dan peliharaan warga, petugas memerhatikan ada tidaknya ikatan kalung di leher anjing sebagai penanda sudah divaksin atau belum.

Vaksinasi antirabies (VAR) terhadap anjing peliharaan warga telah digelar di pulau itu beberapa waktu sebelumnya.

Kepala Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Denpasar Dewa Made Ngurah menyatakan, pemusnahan secara massal di Denpasar digelar atas permintaan individu maupun kelompok masyarakat. Hal itu mengingat wilayah Denpasar telah masuk sebagai daerah tertular rabies, khususnya anjing di Sesetan, Denpasar Selatan.

”Maka kami mulai eliminasi dari wilayah paling selatan, yakni Serangan. Kebetulan letaknya berbatasan dengan wilayah Badung. Kami targetkan kegiatan serupa ini akan digelar hingga 60 kali dari kawasan selatan hingga utara Denpasar,” kata Ngurah.

Ia mengakui, eliminasi banyak disorot lembaga penyayang binatang di tingkat nasional maupun internasional. Namun, di sisi lain, Pemkot Denpasar memahami kekhawatiran masyarakat terhadap penyakit rabies. Selain vaksinasi, langkah efektif memotong rantai penularan rabies adalah eliminasi karena penularan terjadi melalui gigitan hewan pembawa rabies (HPR).

Untuk dapat melumpuhkan anjing-anjing liar itu, petugas menggunakan tiga cara, yakni tulup berisi jarum beracun, makanan dicampur racun, dan jaring. Hingga siang hari, petugas menangkap 19 ekor anjing.

Namun, praktisi hewan kecil yang juga mantan penyidik di Balai Penyidikan Penyakit Hewan Wilayah VI Denpasar, drh Soeharsono PhD, menyatakan, langkah eliminasi atas HPR yang masuk ke Bali tanpa dibarengi dengan langkah mengontrol populasi dan pengandangan HPR akan mubazir. (BEN)

Readmore »»

Rabu, 04 Februari 2009

Burung Bertahan Lantaran Otak

KOMPAS, Rabu, 04 Januari 2009, 00:52 Wib
Jika dinosaurus punah, burung diduga mampu bertahan dari kepunahan lantaran perkembangan otaknya.
Pendapat itu muncul setelah adanya penelitian terhadap fosil burung laut purba yang ditemukan di bagian tenggara Inggris oleh para peneliti dari Natural History Museum di London. Dari temuan tengkorak berusia 55 juta tahun tersebut diketahui otak burung berkembang sangat kompleks. Menurut salah seorang peneliti, Angela Milner, hal ini membuat ”nenek moyang” para burung mempunyai kondisi mental lebih baik ketimbang dinosaurus. Burung dapat beradaptasi lebih baik setelah bencana yang memusnahkan dinosaurus 65 juta tahun lalu. (National Geographic/INE)

Readmore »»

Selasa, 03 Februari 2009

Singapura

KOMPAS, Selasa, 03 Februari 2009, 00:38 Wib
Danny Tan, seorang warga Singapura, kecewa dan geram karena merasa jeri payahnya membuat museum kura-kura pribadi untuk dilihat masyarakat luas tidak dihargai, terutama oleh para pencuri. ”Saya membuka museum untuk mendidik masyarakat agar lebih dalam bisa memahami kura-kura. Tapi,
kini beberapa kura-kura tadi dicuri. Saya jelas sangat kecewa,” ujar Tan seperti dikutip media lokal, Senin (2/2). Pencuri yang belum diketahui berapa banyak jumlahnya itu membongkar museum pribadi milik Tan pada hari Sabtu lalu. Pencuri kemudian berhasil lolos dengan memboyong sepuluh ekor kura-kura yang termasuk langka dan berharga cukup mahal. Ini merupakan peristiwa pencurian yang ketiga di museum milik Tan itu dalam dua tahun terakhir. Sepuluh ekor kura-kura dari museum milik Tan itu cukup mahal karena ditaksir nilainya mencapai 75.000 dollar Singapura atau sekitar Rp 572 juta. Museum milik Tan ini menampilkan sejumlah kura-kura dan penyu hidup, beberapa di antaranya termasuk penyu yang langka. Sepuluh kura-kura yang hilang ini yakni tiga kura-kura radiasi yang termasuk berbahaya, salah satu di antara tiga kura-kura tadi termasuk jenis langka. Adapun tujuh lainnya adalah kura-kura bintang asal India. Perdagangan kura-kura beradiasi merupakan ilegal di Singapura karena statusnya berbahaya, sedangkan kura-kura bintang India dilarang diperdagangkan atau diperlakukan sebagai binatang piaraan oleh Pemerintah Singapura. Polisi kini terus melacak para pencuri dan kura-kura curiannya. Semoga kura-kura ini belum berubah menjadi sup atau sajian pangan lainnya. Maklum, mungkin saja si pencuri tak paham soal binatang langka dan sebagainya. Baginya yang penting jual dan mendapat uang.

Readmore »»