


KOMPAS, Kamis, 18 Desember 2008 00:58 WIB
London - Kredit macet bukan hanya membuat bank, perusahaan, dan banyak orang menderita. Binatang juga menderita. Battersea Dogs and Cats Home, pusat penampungan binatang di Inggris, Selasa (16/12), mengatakan,
KOMPAS Rabu, 17 Desember 2008 13:32 WIB (UTI)
Ketika manusia sudah tidak lagi peka, tidak lagi dapat memanusiakan manusia, bahkan tidak lagi menyadari hakikat bahwa dirinya adalah manusia, cobalah becermin pada hewan.
Fabel adalah dongeng tentang pelajaran moral dengan menggunakan binatang terutama sebagai karakternya. Jadi, binatang menjadi obyek utama dalam setiap karya yang ditampilkan.
Karya-karya Arifin tersebut menggambarkan ironi kehidupan yang kini marak terjadi. Tengok saja karya berjudul "Kisah Kucing dan Tikus", yakni seekor tikus dengan sangat tenang menghadapi kejaran kucing yang hendak menangkapnya. Karya itu menggambarkan bagaimana seorang koruptor masih tetap angkuh dan merasa "suci", serta tetap harus dihormati meski telah mencuri.
Goresan kuas yang lain misalnya karya "Tikus Nyusu Cindil" (tikus menyusu pada anak tikus). Begitu tidak tahu dirinya penguasa negara ini, orang-orang yang lemah justru harus menolong mereka yang kuat. Rakyat banyak yang menderita kesulitan mendapat pertolongan, sedangkan pengusaha besar dengan mudah mendapatkannya.
"Saya hanya ingin mengajak becermin pada hewan. Sekarang ini, jika becermin kepada sesama manusia hasilnya sama saja, karena tidak ada lagi orang yang benar-benar dapat menjadi panutan," kata Arifin.
Oleh karena itu, dia memakai simbol hewan dalam karya lukisnya. Ketika manusia berkaca pada manusia yang lain, besar kemungkinan manusia itu tidak menyadari hakikatnya sebagai seorang manusia.
Namun, ketika hewan menjadi contoh kelakuan manusia, seharusnya manusia menyadari dirinya adalah manusia, yang memiliki pikiran dan perasaan.
Pergeseran nilai moral
"Jelas terjadi pergeseran nilai-nilai moral. Meski memiliki etika dan sopan santun, manusia kini seperti zombi, mayat hidup, cenderung tidak berperasaan. Jika manusia seperti itu, apa bedanya dengan hewan?" gugat Arifin.
Menurut Arifin, babi atau tikus merupakan contoh hewan yang paling komunikatif dan mudah dipahami. Babi identik dengan kebiasaan malas, sedangkan tikus melambangkan koruptor dan pencuri. Keduanya sangat efektif untuk menyampaikan cermin yang satir kepada manusia.
Kurator Eddy Soetriyono menilai, fabel di tangan Arifin sering kali bukanlah sekadar dongeng. "Fabulous Fable" mampu mencuatkan ironi-ironi halus yang kompleks.
Eddy menyebutkan, ada kritik, ironi, sinisme, sarkasme, lelucon, atau permainan yang tidak memiliki makna tunggal dalam setiap hasil karya Arifin.
KOMPAS, Kamis, 11 Desember 2008
Santiago
Pejabat di Cile putus asa dalam upaya menemukan seekor anjing yang membuat banyak orang kagum. Anjing itu tertangkap kamera jalan tol di Cile sedang menarik tubuh seekor anjing lainnya yang sekarat ditabrak mobil. Anjing yang diduga tak bertuan itu
Detroit
Murid kelas empat sekolah dasar di Coopersville, Michigan, AS, sedang belajar mengenai tingkah laku binatang saat seekor rusa mendadak menabrak kaca jendela dan masuk ke kelas mereka. Rusa dengan tanduk cabang enam itu memorakporandakan kursi, meja, buku, dan benda lainnya. Kejadian hari Senin (8/12) petang itu membuat seluruh kelas langsung paham soal tingkah laku seekor rusa jantan. Seorang murid cedera ringan di kepala. Marty Alexander, kepala sekolah, mengatakan, entah mengapa rusa itu tiba-tiba menabrak jendela dan masuk ke kelas. Beruntung sang guru tetap tenang menyuruh 23 murid yang ada tetap diam saat sang rusa bergerak di sekeliling kelas. Suasana ”pengenalan langsung” tingkah laku rusa ini hanya berlangsung 30 detik. Si rusa kembali melompat lewat jendela yang sama dan lari ke hutan di sekitarnya. Cara belajar tingkah laku binatang yang jitu.
KOMPAS, Jumat, 5 Desember 2008
Seekor anjing dari hutan dengan air liur meleleh di mulut dan hidung serta ekor terlipat masuk ke dalam pangkal paha langsung menyambar Anita Tukan (6), anak balita yang sedang bermain di halaman rumahnya di Desa Sukutukang, Wulanggitang, Flores Timur, Senin (8/9). Anjing tak bertuan itu
Selama 1996-2008 tercatat 37.758 kasus gigitan anjing rabies pada masyarakat Flores. Dari jumlah ini, 472 orang meninggal dunia dan 37.286 korban gigitan dapat diselamatkan. Dari 472 orang meninggal, sebagian besar atau 412 korban adalah anak balita.
Pada Januari-Juni 2008 terdapat 1.299 kasus gigitan, dua di antaranya meninggal dunia. Kasus gigitan terbanyak terjadi pada Juli-Agustus 2008, tetapi belum dilaporkan ke dinas kesehatan provinsi.
Ketika penyakit anjing gila muncul tahun 1996, setahun kemudian ada gerakan membasmi anjing peliharaan di setiap rumah penduduk. Namun, saat itu terjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Sebagian warga dengan sukarela membunuh anjingnya, tetapi sebagian lain menolak. Tim pembasmi anjing terdiri atas staf lurah (desa). Anggota polisi pun tidak mampu membasmi anjing itu sampai tuntas.
Warga paham, cukup banyak orang meninggal dunia setelah digigit anjing gila. Akan tetapi, mereka tidak rela membunuh anjing kesayangannya yang selama ini berperan menjaga rumah dan menemani pemilik selama di rumah, di kebun, dan di perjalanan.
Akan tetapi, menurut Koamesah, upaya memberantas penyakit rabies di Flores hanya dengan memberantas semua anjing peliharaan di daratan Flores dan Lembata. Imbauan ini sudah berulang kali disampaikan dinas kesehatan di setiap kabupaten. Namun, sebagian bupati menolak, dengan alasan anjing memiliki nilai ekonomi dan budaya bagi pemiliknya.
Lagi pula tidak semua warga setuju membunuh anjing peliharaannya. Ketika petugas datang ke rumah, anjing diikat di dalam kamar tidur atau sengaja diikat di ladang agar tidak dibunuh.
”Selama masyarakat tidak sepaham, masalah rabies di Flores tetap ada. Membasmi penyakit rabies lebih menyangkut kesadaran masyarakat sendiri. Apakah mereka benar-benar ingin bebas dari rabies atau tidak,” kata Boby.
Simon Lipatama (55), warga Desa Mewet di Flores Timur, mengatakan, lima anjing yang dipelihara di rumahnya berfungsi ganda, yakni sebagai penjaga rumah, pengusir hama kebun, berburu hewan liar, sahabat keluarga di rumah, bahkan sebagai penghalau setan atau roh jahat.
”Anjing itu hewan peliharaan yang sangat akrab dengan manusia. Sejak nenek moyang memelihara anjing tidak ada masalah, tetapi mengapa belakangan ini anjing menjadi masalah bagi masyarakat, termasuk tuannya sendiri,” kata Lipatama.
Pria yang memiliki hobi berburu, dengan mengandalkan tenaga dan kelincahan anjing ini, menolak usul sebagian orang, terutama petugas kesehatan, agar anjing dibantai sampai tuntas. Menurut dia, anjing pembawa rabies itu bukan yang dipelihara di rumah-rumah, melainkan anjing yang datang dari luar desa.
Katanya, anjing penggigit empat anak balita hingga meninggal di Desa Mewet tahun 1998-2005 adalah anjing yang berasal dari hutan atau anjing bukan dari desa itu. Anjing gila itu tidak dikenal warga. Tiba-tiba muncul dari sudut desa, bertemu dengan anjing lokal, kemudian menyerang anak-anak atau orang dewasa di sekitarnya.
Hal senada disampaikan Kepala Subdinas Pemberantasan Penyakit Hewan Dinas Peternakan NTT Maria Geong. Menurut dia, anjing yang dipelihara warga bukan pembawa virus rabies satu-satunya. Binatang pembawa rabies adalah anjing hutan, kera, kucing, dan kelelawar.
Karena itu, Geong menolak usulan sejumlah kalangan, terutama dinas kesehatan, agar mengeliminasi total semua anjing di daratan Flores. Cara itu tidak akan pernah menyelesaikan masalah, tetapi justru melahirkan masalah baru. Masyarakat Flores akan bereaksi, apalagi tidak diberi kompensasi sama sekali.
”Warga mendapatkan anjing itu dengan cara membeli dan menukar dengan barang atau ternak tertentu, seperti ayam atau kambing. Lalu, pemerintah dengan sesukanya membantai anjing-anjing itu, ini sangat menyedihkan. Apakah kelompok yang menghendaki eliminasi total itu punya perasaan atau tidak,” katanya.
Di Flores, anjing sangat dekat dengan masyarakat karena memiliki nilai-nilai ”khusus”. Suatu desa tanpa lolongan anjing, desa itu dianggap tidak punya ”roh”. Sebuah rumah tanpa anjing yang menjaga di depan halaman diyakini rumah itu mudah dimasuki roh jahat.
Anjing sering menjadi ”tumbal” guna menyelamatkan nyawa orang yang sedang sakit keras di dalam rumah itu. Seekor anjing melolong di tengah malam saat seluruh isi rumah tidur pulas. Ini pertanda ada roh jahat berkeliaran di sekitar rumah. Pemilik rumah harus bangun dan berdoa agar roh-roh jahat itu tidak masuk ke rumah itu.
Di mana-mana di seluruh dunia, manusia tidak berhak membasmi tuntas populasi hewan (ternak) tertentu. Itu hukum alam. Kini beberapa ahli hewan dari Afrika Selatan datang ke Flores untuk meyakinkan masyarakat agar mempertahankan populasi anjing.
Geong pun menciptakan sebuah lagu khusus tentang keistimewaan anjing di Flores. Lagu yang diaransemen Pastor Dr Gregor Neonbasu ini dibawakan pada setiap kegiatan dinas peternakan.
Mengatasi rabies di Flores, menurut Geong, cukup dengan memberikan vaksin antirabies kepada semua ternak anjing dan kepada orang yang digigit anjing. Pada Mei 2008 telah didistribusikan 140.000 botol vaksin antirabies kepada masyarakat. Selanjutnya, pada September lalu didistribusikan lagi 70.000 botol vaksin. Vaksin tersebut akan disuntikkan kepada 240.000 anjing di Flores dan Lembata.
Akan tetapi, Koamesah dari Dinas Kesehatan NTT pesimistis. Apakah setiap tahun pemda harus mengalokasikan dana Rp 10 miliar untuk membeli vaksin antirabies itu. Vaksin itu sendiri cukup mahal, lagi pula cara mendapatkannya pun tidak mudah.
”Siapa mampu memberi vaksin kepada kera, kelelawar, dan kucing yang juga membawa virus rabies. Semua jenis binatang pembawa virus rabies ini dieliminasi total sampai dekade tertentu dan benar-benar hilang, kemudian dipelihara lagi,” kata Koamesah.
KOMPAS, Rabu, 3 Desember 2008
Denpasar - Pemerintah Kabupaten Badung bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Bali, akan menggelar vaksinasi massal antirabies terhadap anjing, kucing, dan kera di wilayah Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, mulai Rabu (3/12). Wilayah yang akan disasar
”Vaksinasi di daerah utama ditemukannya rabies sudah dilakukan dengan efektif. Sementara vaksin untuk hewan sehat kalau kurang akan dipasok lagi,” kata Tjandra.
Pemkab Badung sudah melakukan penangkapan dan eliminasi hewan yang diduga rabies dengan cara menyuntik.
Nuansa suara mengonggong, melolong, menyalak yang dikeluarkan anjing kini tampaknya bisa dibedakan oleh program komputer baru yang dikembangkan ilmuwan Hungaria.
Piranti lunak ini dilaporkan membedakan reaksi emosional 14 ekor anjing jenis Mudi Hungaria. Setelah menganalisis 6.000 suara anjing menyalak, program itu diarahkan untuk menentukan apakah seekor anjing telah menemukan bola, sedang bertarung, bermain, bertemu orang asing atau ingin berjalan-jalan. Namun, tim ilmuwan mengakui teknologi hanya sedikit lebih baik dari kemampuan manusia.
Komputer dengan software tersebut bisa mengenali keadaan emosional 43% anjing, sedangkan manusia bisa mengidentifikasi 40%. Meski demikian, si penyusun penelitian - Csaba Molnar dari Universitas Eotvos di Budapest - mengatakan, software tadi bisa diperbaiki, dan mungkin juga bisa diterapkan untuk analisis komunikasi manusia. "Saya katakan bahwa kami telah membuktikan ada perbedaan kontekstual yang sangat kuat di antara suara menyalak, namun penelitian panjang lain diperlukan untuk menentukan berbagai keadaan emosional dan ciri setiap jenis anjing," tuturnya.
Dia menambahkan: "Di masa datang, kita bisa menggunakan software ini untuk setiap kategori vokal atau sinyal lain." Sang ilmuwan juga yakin bahwa versi berikut software tersebut mungkin bisa membantu pemilik dan pelatih anjing mengidentifikasi keadaan anjing secara lebih seksama. "Potensi aplikasi komersial mungkin berupa peralatan komunikasi anjing-manusia," kata si ilmuwan. (ip)
(IndoFamilyPets)
Kreativitas tak berbatas. Mungkin kalimat itu yang pantas dilontarkan ketika seorang pembuat kue ternama mendapat ide untuk membuka toko kue kering yang dikhususkan untuk anjing. Toko kue tersebut berlokasi di Paris, Prancis. Toko Mon Bon Chien tersebut menjual aneka biskuit berbentuk kucing dan kue-kue yang dibentuk seperti tulang.
Pemilik toko sekaligus pembuat kue-kue unik tersebut adalah Harriet Sternstein yang pindah ke Paris dari AS bersama anjing kesayangannya yang diberi nama Sophie-Marie.
Sophie-Marie telah memberi inspirasi bagi Sternstein untuk memulai bisnis baru ini. Menurut Sternstein, ini cara terbaik untuk menghasilkan uang dengan menggabungkan dua kegemarannya, kue kering dan binatang peliharaan.
(vet-indo.com)
Saat ini seluruh dunia bergabung untuk memerangi penyakit anjing gila (rabies). Untuk pertama kalinya dunia menetapkan bahwa tanggal 8 September 2007 sebagai Hari Rabies seDunia atau World Rabies Day. Hari rabies sedunia bertujuan
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies terutama anjing, kucing dan kera. Virus ini berada di air liur dan biasanya berpindah atau menyebar dari hewan ke hewan atau hewan ke manusia (zoonosis). Virus ini juga menyebar melalui jilatan, ketika air liur yang terkontaminasi bersentuhan langsung dengan luka yang terbuka, mulut, mata dan hidung.
Rabies telah memakan korban kurang lebih 55.000 korban setiap tahunnya bahkan sekitar satu orang meninggal dalam waktu 10 menit akibat rabies di seluruh dunia. Sebagian besar korban yang meninggal akibat rabies berada di negara-negara Asia dan Afrika dimana anjing rabies adalah umum. Masyarakat yang paling rentan menderita rabies adalah anak-anak. Hampir 50% korban yang meninggal berusia di bawah 15 tahun. Berdasarkan laporan OIE (Organization International des Epizooties) menyatakan bahwa penyakit Rabies di negara berkembang merupakan urutan nomor 2 (dua) yang paling ditakuti wisatawan mancanegara setelah penyakit malaria.
Rabies di Indonesia
Indonesia sebagai salah satu negara di kawasan Asia tidak lepas dari kasus Rabies. Di Indonesia Rabies pertama kali dilaporkan pada kerbau oleh Esser (1884), kemudian oleh Penning pada anjing (1889) dan oleh E.V. de Haan pada manusia (1894). Secara kronologis tahun terjadinya kasus Rabies ditemukan di Jawa Barat (1948), Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur (1953), Sumatera Utara (1956), Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara (1958), Sumatera Selatan (1959), DI. Aceh (1970), Jambi dan Yogyakarta (1971), Bengkulu, DKI Jakarta dan Sulawesi Tenggara (1972), Kalimantan Timur (1974), Riau (1975), Kalimantan Tengah(1978), Kalimantan Selatan (1983) dan P. Flores (1997). Pada akhir tahun 1997, wabah Rabies muncul di Kabupaten Flores Timur – NTT sebagai akibat pemasukan secara illegal anjing dari Pulau Buton – Sulawesi Tenggara yang merupakan daerah endemik Rabies.
Pada tahun 2004 di Ambon, Maluku jumlah orang yang meninggal akibat rabies sebanyak 21 orang. Sebanyak 5 orang meninggal akibat rabies di Mamuju Utara, Sulawesi Barat. Itu merupakan sebagian contoh kasus rabies di Indonesia yang memakan korban jiwa. Hal ini dikarenakan ketidakpahaman masyarakat tentang penyakit tersebut. Bahkan masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa digigit anjing atau kucing adalah hal yang biasa. Dalam hal ini peran pemerintah daerah diperlukan dalam menyampaikan informasi tentang Rabies.
Dalam penanganan kasus Rabies di Indonesia tidak lepas dari peran dokter hewan terutama dalam hal preventive atau pencegahan. Pemberian vaksin pada Anjing, kucing atau hewan-hewan yang diduga dapat menyebarkan Rabies merupakan salah satu tugasnya. Namun masih banyak hal yang dapat dilakukan oleh dokter hewan seperti halnya dalam peredaran hewan. Dalam perdagangan hewan dari dan ke dalam negeri seluruh hewan harus mempunyai izin bebas dari penyakit menular dari dokter hewan bahkan perdagangan hewan dalam negeri terutama antar pulau. Walaupun terkadang terbentur oleh ketidaktegasan hukum yang mewajibkan penanggulangan penyakit hewan oleh dokter hewan.
(Andi Yekti Widodo, IMAKAHI Cabang FKH IPB)