Sabtu, 18 April 2009

San Paulo

KOMPAS, Sabtu, 18 April 2009 05:43 WIB
Ketika masih berjumlah sedikit, monyet-monyet di taman itu lucu dan menghibur. Namun, kalau sudah berkembang biak jadi banyak, bahkan sampai berjumlah lebih dari 170 ekor di tiga taman kota Goiania, Sao Paolo, wah monyet-monyet itu jadi mengkhawatirkan. Belum lagi,
menurut petugas kesehatan kota tersebut, Kamis (16/4), monyet-monyet kota itu juga menularkan penyakit ”demam kuning”. Monyet-monyet yang terkena penyakit itu memang tak bisa langsung menularkan penyakitnya kepada manusia. Akan tetapi, penyakit itu justru ditularkan oleh nyamuk-nyamuk yang menggigit monyet-monyet sakit tersebut. Bagaimana tak meresahkan kembang biak monyet-monyet kota ini? Bayangkan, jika seekor monyet jantan di taman itu punya pasangan delapan monyet betina, berapa banyak kembang biaknya? Petugas kesehatan kota pun tak kurang akal. Mereka memburu monyet jantan. Kemudian monyet-monyet jantan yang tertangkap pun dikebiri. Setelah ”mandul” pejantan-pejantan itu pun dilepas kembali ke taman.

Readmore »»

Malindi

KOMPAS, Jumat, 17 April 2009 05:10 WIB
Berita ular menggigit manusia sepertinya sudah biasa. Kali ini terbalik, seorang lelaki Kenya menggigit seekor ular piton yang membelitnya dan mengangkatkan ke atas pohon. Lelaki itu berjuang mempertahankan hidupnya
membebaskan diri dari belitan kencang ular besar tersebut selama beberapa jam. Demikian disampaikan oleh media massa setempat, Rabu (15/4). Ben Nyaumbe, seorang manajer peternakan, yang tengah bekerja di kawasan Malindi, tepi pantai Kenya, menginjak seekor ular besar yang sedang memburu mangsa. ”Saya menginjak sesuatu yang lembek di tanah. Tiba-tiba saja kaki saya langsung dililit oleh badan seekor ular piton yang sangat besar,” ujarnya kepada harian Daily Nation. Ular itu dengan cepat membelit sekujur tubuhnya dengan badannya yang panjang, mulai dari kaki hingga naik ke dadanya. Walaupun terbelit erat dan kesakitan, Nyaumbe tidak hanya pasrah dililit ular begitu saja. ”Saya harus menggigitnya,” demikian pikirnya antara hidup dan mati. Dia lalu menggigit ular itu. Tampaknya si ular tidak begitu merasakan gigitan Nyaumbe, ular itu masih kuat menariknya ke atas pohon. Ketika belitan terasa mengendur, dia berhasil meraih telepon seluler dari sakunya dan meminta bantuan sehingga dia pun diselamatkan.

Readmore »»

Lansing

KOMPAS, Kamis, 16 April 2009 05:06 WIB
Seorang petani di Lansing, Michigan, yang menunggui kelahiran dombanya sangat senang. Ibu domba itu melahirkan anak kembar dua, tetapi tak lama kemudian lahir lagi tiga anak domba. The Lansing State Journal, Selasa (14/4), melaporkan, salah satu domba milik Paul Oesterle telah melahirkan domba kembar lima. Ahli domba dari Michigan State University, Alan Culham, mengatakan, kelahiran seperti itu sangat jarang. Kasus itu terjadi hanya pada satu kelahiran dari 10.000. Oesterle mengira dombanya telah melahirkan kembar dua. Ternyata masih ada tiga lagi ketika memeriksa si domba keesokan harinya. Petani itu juga mengatakan, induk domba tidak dapat memproduksi susu yang mencukupi sehingga dia memiliki pekerjaan tambahan untuk memberi susu kepada bayi dombanya setiap enam jam sekali. Biar tambah pekerjaan, tetapi hatinya sangat senang dengan kelahiran domba kembar limanya. Mbeeekkkk....

Readmore »»

Selasa, 14 April 2009

Warsawa

KOMPAS, Selasa, 14 April 2009 04:13 WIB
Seorang politisi Polandia mengkritik kebun binatang kotanya karena belum lama ini telah menambah koleksi gajah ”gay”. Ninio,
si gajah yang berusia 10 tahun itu, memang lebih suka bergaul dengan sesama gajah lelaki ketimbang dengan betina. Michal Grzes, sang anggota dewan kota Warsawa yang konservatif, mengatakan, mahal-mahal mengeluarkan biaya 37 juta zloty (puluhan miliar rupiah) untuk rumah gajah terbesar di Eropa, masak malah memelihara gajah ”gay”? Reuters, Sabtu (11/4), mengungkapkan, kepala kebun binatang itu rupanya tak kurang akal berkilah, menangkis sorotan politisi oposisi sayap kanan dari Partai Hukum dan Keadilan itu. Menurut Poznan, sang kepala kebun binatang, Ninio yang masih 10 tahun memang masih terlalu muda untuk memilih betinanya. Biasanya, gajah lelaki baru matang secara seksual dan memilih betinanya pada usia 14 tahun. Sabar dululah....

Readmore »»

Coeymans & Taipei

COEYMAS - Nyaris saja lima insan ini tertimpa malapetaka saat seekor kijang ”meluncur” dengan cepat memecah kaca depan mobil yang mereka kendarai. Binatang malang itu akhirnya mendarat di tempat barang di belakang jok kendaraan jip mereka.
Demikian menurut Associated Press, Rabu (1/4). Sabtu malam lalu, Heather Sherman tengah berkendara bersama teman lelakinya, dua anak perempuannya, serta ibu Heather di kota Coeymans, Albany Selatan, New York. Tanpa mereka nyana, ternyata jip mereka menabrak si kijang. Binatang naas itu pun menerobos kaca depan jip, melewati penumpang di depan dan di baris belakang mobilnya. Mereka pun ”bersimbah-darah”. Mereka baru tahu kalau benda di kegelapan yang tiba-tiba menerjang kaca mobil itu adalah seekor kijang setelah mereka ke bagasi belakang jip untuk mengambil selimut dan tisu. Ternyata mereka malah menemukan mayat seekor kijang di bagasi. Meski tertabrak mendadak, kijang itu rupanya sigap juga. Nyatanya, ia mampu melewati penumpang di deret depan dan deret belakang setelah menerobos masuk, memecah kaca depan jip.

TAIPEI - Binatang sekalipun, jika dilatih baik-baik, bisa lebih tertib dari manusia yang senang main serobot. Seorang petani di Taiwan belum lama ini ”mengadopsi” 12 ekor babi hutan sebagai ternak piaraannya. Tak hanya sekadar memeliharanya, menurut Reuters, Rabu (1/4), Lee Tung-cheng, si petani, juga melatih babi-babi hutan itu untuk tertib mengikuti dirinya jika tengah berkendara dengan skuternya berkilo-kilometer. Bahkan, setiap kali lampu lalu lintas menyala merah, babi-babi hutan itu diajar patuh untuk berhenti. Umur babi-babi piaraan Lee itu semuanya kurang dari setahun. Inilah lucunya. Setiap kali Lee menstarter skuter dan bersiap meninggalkan peternakannya di sebuah desa kecil bernama Pingtung, eh, babi-babi itu tanpa diperintah sudah bersiap antre, tertib. Mereka hampir setiap hari bepergian bersama keluar peternakan. Mengagumkan juga binatang-binatang itu lantaran mereka sudah ”hafal” aturan lalu lintas yang harus mereka patuhi setiap kali pergi bersama Lee dan skuternya....
(Sumber: KOMPAS)

Readmore »»

SYDNEY

KOMPAS, Jumat, 20 Maret 2009 03:16 WIB
Jangan coba-coba membunuh buaya tanpa alasan yang kuat di Northern Territory, Australia. Buaya termasuk binatang yang dilindungi di sana. Namun,
mulai hari Kamis (19/3), pemerintahan Northern Territory yang berpusat di Darwin akan membayar pemburu untuk membunuh buaya-buaya yang jumlahnya sudah sekitar 80.000 ekor di kawasan pantai dan rawa-rawa di utara Australia itu. Keputusan pemerintah setempat ini diambil setelah buaya-buaya itu mulai meminta korban manusia. Briony Goodsell (11) hari Minggu lalu hilang saat mandi di Black Jungle Swamp, dekat Darwin. Diduga seekor buaya air asin memangsa bocah perempuan ini, setelah adiknya yang berusia tujuh tahun dan dua temannya melihat ekor buaya beberapa detik sebelum Goodsell lenyap. Bulan lalu, Jeremy Doble (5) juga hilang di Sungai Daintree di Negara Bagian Queensland. Doble diduga dimangsa buaya setelah mengejar anjingnya ke arah rawa-rawa. Pemerintah lokal akan membayar pemburu untuk menembak buaya tertentu. Izin untuk membunuh buaya ini sudah diajukan ke pemerintahan pusat yang diyakini bakal menyetujui. Soalnya, permintaan membunuh buaya tahun 2005 pernah ditolak pemerintahan di Canberra.

Readmore »»

Kamis, 09 April 2009

Cologne & Sydney

KOMPAS, Kamis, 09 April 2009
COLOGNE
Seekor Kucing bernama Felix ditemukan masih hidup dan dalam kondisi baik-baik di bawah reruntuhan puing gedung berlantai enam yang runtuh lima pekan silam di Cologne, Jerman.
Kucing malang, tetapi beruntung itu ditemukan oleh petugas pemadam kebakaran Jerman, Selasa (7/4). Cerita Felix ini tentu kontras sekali dengan cerita runtuhnya Cologne Archives pada 3 Maret 2009. Padahal, di gedung tua itu tersimpan berbagai naskah sangat berharga, seperti tulisan-tulisan asli pemikir Karl Marx, Hegel, Heinrich Boll, dan juga arsip rinci menit-menit sebuah pertemuan di dewan kota Cologne pada tahun 1376. Banyak lagi arsip berharga yang diperoleh dari berbagai bangunan perpustakaan yang rusak akibat tindak pengeboman yang dilakukan tentara sekutu pada Perang Dunia II. Soal cerita Felix? Itulah namanya keberuntungan dari seekor kucing berusia 12 tahun yang mampu bertahan hidup meski terkubur di bawah reruntuhan gedung.
SYDNEY
Ini juga cerita tentang sebuah keberuntungan. Seekor anjing piaraan jenis blue heeler bernama Sophie Tucker yang hilang tersapu ombak dari sebuah kapal layar di lepas pantai Australia ditemukan dalam keadaan hidup empat bulan kemudian di sebuah pulau terpencil. Anjing berusia empat tahun itu ditemukan oleh serombongan pasukan khusus yang tengah menjelajah di Pulau St Bees, di utara Negara Bagian Queensland. Artinya, anjing beruntung itu ditemukan sekitar 18 kilometer dari tempat ia dulu tersapu ombak pada bulan November silam. Semula, si Sophie dikira anjing liar yang hidup di pulau itu. Mereka lalu memerangkap anjing yang mereka temui itu menggunakan sangkar dengan umpan makanan anjing. Ketika ditangkap, Sophie yang sudah berbulan-bulan tak bertemu manusia itu seperti kebingungan. Namun, setelah beberapa saat, kata Steve Fisher si anggota pasukan yang menangkapnya, Sophie menjadi jinak lagi. Hari Selasa (7/4), Sophie yang lama hilang dikembalikan kepada pemiliknya, pasangan suami-istri Jan Griffith. Anjing itu bertahan hidup di pulau terpencil diduga karena makan kambing. Nyatanya, tak jauh dari Sophie ditemukan, banyak terdapat sisa bangkai anak kambing yang mati terkoyak. Pekan ini, si anjing hilang itu sudah kembali makan makanan seperti normalnya anjing piaraan, sejumlah terbatas daging olahan dan biskuit khusus untuk anjing....

Readmore »»

Kamis, 12 Maret 2009

Olga Lydia - Hewan Telantar

KOMPAS, Kamis, 12 Maret 2009 03:01 WIB
Pembawa acara dan model Olga Lydia (32) ternyata gampang merasa terenyuh kalau melihat binatang telantar. Akhir Desember 2008, seusai syuting di depan studio TVOne di kawasan Cawang, Jakarta Timur, dia menemukan seekor kucing lucu yang kakinya patah.


”Aku kasihan sekali, apalagi dia mengeong-ngeong kesakitan. Lalu, aku ambil dia, aku bawa ke dokter, terus aku pelihara di rumah. Sekarang kakinya sudah sembuh dan bisa lari ke sana kemari. Ah, senangnya,” ujar Olga tentang salah satu hewan peliharaannya itu.

Ketika ditemukan, lanjut Olga, kucing itu ternyata sedang hamil. ”Aku cari-cari di sekitar studio TVOne, kucing jantan mana yang harus bertanggung jawab. Ternyata sampai dia lahiran, enggak ada yang mau bertanggung jawab. Akhirnya, akulah yang bertanggung jawab ha-ha-ha.”

Olga memang penyayang binatang. Di rumahnya ada lima kucing, seekor burung, satu kura-kura, dan ikan.

”Kecuali ikan dan kura- kura, binatang-binatang yang ada di rumahku semuanya hasil nemu di jalan,” ujarnya.

”Saya tidak pernah memilih binatang, tapi hewan itulah yang memilih saya,” kata Olga menambahkan.

Ya, hewan mana sih yang tidak ingin dipelihara oleh Olga. Sudah sayang binatang, cantik pula....

Readmore »»

Rabu, 04 Maret 2009

Bali Butuh Waktu Setahun

Perlu Bergerak Bersama untuk Bebas Rabies
KOMPAS, Rabu, 4 Februari 2009 00:57 WIB

Denpasar - Pulau Bali bisa bebas kembali dari rabies dalam waktu maksimal satu tahun apabila penanganannya diperkuat dan dipercepat. Salah satunya adalah optimalisasi vaksinasi dari daerah terpapar (Badung dan Denpasar) ke daerah terancam.


Daerah yang terancam ini tersebar di tujuh kabupaten lain di Bali. ”Sekarang keputusan ada di tangan gubernur dan pemerintah pusat. Soal sumber daya manusia kami tidak kekurangan. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana siap menerjunkan 1.000 orang per hari untuk membantu vaksinasi,” kata Dr drh Gusti Ngurah Mahardika, peneliti dari FKH Universitas Udayana dalam Diskusi Ilmiah Percepatan Penanggulangan Rabies yang digagas FKH Unud di Denpasar, Selasa (3/2).

Mahardika mengakui, upaya vaksinasi terhadap hewan penular rabies (HPR), seperti anjing, kucing, dan kera, terutama anjing di Bali, sangat berat karena populasi anjing yang tinggi dengan kerapatan sangat padat. Berdasarkan data Yayasan Yudisthira Swarga, sebuah LSM yang bergerak dalam pengendalian populasi anjing, jumlah anjing di Bali sekitar 540.000 ekor atau 96 ekor per kilometer persegi. Menurut estimasi Dinas Peternakan Bali, populasinya 360.000-400.000 ekor. Namun, ia menegaskan, vaksinasi terhadap HPR dapat ”menutup gerak” penularan virus rabies apabila dilakukan secara optimal.

Hingga Januari lalu, vaksinasi HPR di Badung dan Denpasar belum optimal. Vaksinasi baru dilakukan pada 36.191 ekor HPR. Jumlah ini 34,2 persen di Badung dan 26,26 persen di Denpasar dari total populasi HPR di dua daerah itu. Di samping itu, eliminasi anjing liar di Bali baru dilakukan terhadap 818 ekor.

”Kami minta pemerintah bekerja sama dengan LSM, kalangan kampus, serta desa adat secara lebih optimal agar lebih fokus dan tepat sasaran. Sebab, sebenarnya virus rabies mudah dikendalikan karena penularannya terbanyak hanya melalui gigitan. Jika bergerak bersama, maksimal satu tahun kita bisa bebas rabies lagi,” kata Mahardika.

Praktisi hewan kecil yang juga mantan penyidik di Balai Penyidikan Penyakit Hewan Wilayah VI Denpasar, drh Soeharsono PhD, menyatakan, vaksinasi antirabies hanya di daerah tertular atau terpapar tidak menjamin berhasil memotong penularan rabies secara lebih luas.

Buktinya, rabies di Bali sudah ditemukan pada anjing di Legian (Kuta Utara) dan Denpasar. Kebijakan sama sebelumnya adalah hanya melakukan vaksin di Kecamatan Kuta Selatan sebagai daerah ditemukannya rabies di Bali pertama kali, September 2008.

”Tetap ada kemungkinan untuk hewan penular, seperti anjing liar bermigrasi, atau dibawa warga ke daerah lain yang belum tertular. Apalagi vaksin baru benar-benar menjadi imunitas sekitar dua pekan pascavaksin. Untuk itu, agar penularan rabies tidak meluas lagi, vaksinasi harus segera digelar di luar daerah tertular atau terpapar,” katanya.

Readmore »»

Selasa, 24 Februari 2009

Eliminasi Anjing Liar di Sepanjang Pantai Sanur

KOMPAS, Selasa 24 Februari 2009, 00:51 Wib
Pemerintah Kota Denpasar, Bali, kembali menggelar pemusnahan atau eliminasi anjing liar untuk mempersempit penularan penyakit rabies, Senin (23/2). Hasilnya,
29 ekor anjing liar dieliminasi dengan cara diracun dari kawasan pantai dan pasar di sepanjang Desa Sanur. Digelarnya kegiatan eliminasi di sepanjang garis pantai Sanur cukup menarik mengingat kawasan itu adalah salah satu daerah tujuan wisata ternama di Bali. Kepala Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Denpasar Dewa Made Ngurah menyatakan, eliminasi di kawasan Sanur menjadi salah satu fokus kegiatan penanggulangan rabies. ”Kami ingin memastikan bahwa rabies tidak menyebar di Denpasar dan wisatawan tidak terganggu dengan isu merebaknya rabies di Bali,” ujarnya. (BEN)

Readmore »»

Jumat, 20 Februari 2009

New Delhi

KOMPAS, Jumat, 20 Februari 2009, 00:44 Wib
Sekitar 150 tamu hadir dalam pernikahan adat antara Sagula dan Jyoti di Distrik Jajpur, Negara Bagian Orissa, India timur. Harian lokal yang mengutip saksi mata, Rabu (18/2), memberitakan, Sagula adalah bayi laki-laki berusia dua tahun, sementara Jyoti adalah seekor anjing lokal.
Rupanya pernikahan ini bagian dari adat Suku Munda agar Sagula nantinya terlindungi dari serangan binatang liar, seperti harimau. Saat dewasa, Sagula juga tetap bisa menikah dengan perempuan yang dicintainya tanpa harus bercerai dengan Jyoti. Dengan pernikahan ini, penampilan Sagula diyakini akan membuat binatang liar, seperti harimau, takut menyerangnya. Para dewa dari suku akan memberkatinya dan melindunginya dari roh jahat. ”Kami melakukan perkawinan ini untuk menghalau segala kutukan yang menimpanya dan kami,” ujar Sanarumala Munda, ayah Sagula. Bayi yang baru tumbuh gigi ini digiring ke sebuah kuil desa, di sana seorang pemuka agama mengawinkannya dengan Jyoti, anjing milik tetangga pengantin laki-laki. Layaknya sebuah pesta pernikahan, tamu dan warga desa berpesta dengan jamuan makan dan minuman beralkohol. Pengganti ”putri”, alias anjing itu, dibiarkan berkeliaran seusai upacara pemberkatan. Ritual ini seperti ini masih berlangsung di negara bagian yang sebagian besar penduduknya buta huruf itu.

Readmore »»

Rabies Menyebar Lagi

Ditemukan Kasus di 24 Provinsi, 14.106 Orang Digigit Anjing KOMPAS, Jumat, 20 Februari 2009 00:47 WIB Jakarta - Penyebaran rabies atau dikenal sebagai penyakit anjing gila terus meluas. Saat ini ditemukan kasus rabies di 24 provinsi dan hanya sembilan provinsi di Tanah Air yang dinyatakan bebas penyakit rabies.


Bila tidak segera ditangani, penularan penyakit rabies bisa berakibat fatal bagi penderitanya, bahkan menyebabkan kematian. ”Karena penularannya melalui gigitan anjing, pengendalian penyakit ini dilakukan Departemen Pertanian bersama dengan Departemen Kesehatan,” kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Tjandra Yoga Aditama saat dihubungi Kamis (19/2) di Jakarta. Depkes menyebutkan, sembilan provinsi yang tidak ditemukan kasus rabies atau bebas rabies yaitu Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Papua, dan Papua Barat. ”Sebelum ada kasus, Bali termasuk bebas rabies,” ujarnya. Dalam lima tahun terakhir, kasus rabies di Indonesia muncul di sejumlah provinsi. Pada tahun 2008 ada 14.106 orang digigit anjing, 9.565 orang mendapat vaksin dan pengobatan, serta 85 orang positif terkena rabies. Di Provinsi Bali, sejak Mei 2008 sampai kini jumlah penduduk yang digigit anjing lebih dari 1.700 orang, sebanyak 1.613 orang diberi vaksin dan obat, sedangkan satu orang menderita rabies. Ditularkan anjing Penyakit ini disebabkan virus rabies yang mengakibatkan gangguan pada susunan saraf pusat (SSP). Gejalanya antara lain demam dan kejang-kejang otot. Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah anjing dan binatang-binatang liar seperti kera dan kelelawar. ”Di Indonesia, sekitar 98 persen kasus rabies ditularkan oleh anjing,” kata Tjandra. Dari Kabupaten Garut, Jawa Barat dilaporkan, sebanyak 270 ekor anjing liar telah dieliminasi serta 215 ekor anjing peliharaan divaksinasi di empat desa di Kecamatan Mekarmukti. Langkah tersebut dilakukan menyusul munculnya kasus gigitan seekor anjing terhadap tujuh warga setempat pada bulan Januari 2009. Kepala Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Garut Hermanto mengatakan, dalam dua bulan terakhir terjadi dua kasus gigitan anjing terhadap manusia. Kasus pertama di Kecamatan Mekarmukti pada Januari 2009 seekor anjing berumur satu tahun menggigit tujuh orang. Kasus kedua terjadi di Kecamatan Karangpawitan seekor anjing menggigit 11 orang. (EVY/ADH)

Readmore »»

Rabu, 18 Februari 2009

New York

KOMPAS, 18 Februari 2009, 00:03 Wib
Seekor binatang tetap saja punya naluri liar. Seekor simpanse, Travis, berusia 15 tahun, pernah tampil dalam iklan Coca Cola pada tahun 2003. Dia juga sangat terlatih, memakai baju dan makan sendiri, mencari saluran televisi, serta mengoperasikan komputer.
Travis juga terkenal di Stamford, Connecticut, karena pemiliknya sering membawa simpanse seberat 80 kilogram ini dengan mobil berkeliling kota. Namun, harian Stamford Advocate edisi Senin (16/2) melaporkan, Travis terpaksa disayat dengan pisau dapur oleh pemiliknya, Sandra Harold, setelah simpanse ini menyerang seorang teman Harold yang sedang bertamu. Tamu perempuan yang tak dirinci namanya ini mengalami luka di wajah dan tangan. Meski disayat Travis tetap saja mengamuk. Harold terpaksa menelepon polisi untuk membantu. Dua personel polisi yang datang juga cedera setelah menjadi sasaran amukan Travis yang lolos keluar rumah. Travis pun mencoba menyerang seorang polisi yang berada di dalam mobil. Dengan alasan mempertahankan diri, pistol sang polisi meletus dan Travis pun tewas seketika. Belum bisa dipahami mengapa Travis sampai mengamuk. Don Mecca, seorang teman Harold, mengatakan, dirinya tidak pernah percaya pada simpanse. ”Mereka terlihat tenang, tetapi mereka akan menyerang Anda suatu ketika.” ujarnya.

Readmore »»

ANJING GILA - Denpasar Mulai Gelar Pemusnahan secara Terbuka

KOMPAS, Rabu, 18 Februari 2009 00:04 WIB
Denpasar - Pemerintah Kota Denpasar mulai menggelar pemusnahan anjing liar secara terbuka dan massal, Selasa (17/2). Langkah itu diambil untuk mempersempit penularan rantai rabies atau anjing gila di samping menggelar vaksinasi terhadap anjing peliharaan warga.


Kegiatan pemusnahan kemarin diawali di Kelurahan Serangan, Pulau Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan. Sasarannya adalah anjing liar yang banyak berkeliaran di pulau itu. Dikerahkan 20 petugas gabungan dari Dinas Peternakan dan Kelautan Kota Denpasar, Balai Karantina Kelas I Denpasar dibantu warga setempat. Untuk membedakan anjing liar dan peliharaan warga, petugas memerhatikan ada tidaknya ikatan kalung di leher anjing sebagai penanda sudah divaksin atau belum.

Vaksinasi antirabies (VAR) terhadap anjing peliharaan warga telah digelar di pulau itu beberapa waktu sebelumnya.

Kepala Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Denpasar Dewa Made Ngurah menyatakan, pemusnahan secara massal di Denpasar digelar atas permintaan individu maupun kelompok masyarakat. Hal itu mengingat wilayah Denpasar telah masuk sebagai daerah tertular rabies, khususnya anjing di Sesetan, Denpasar Selatan.

”Maka kami mulai eliminasi dari wilayah paling selatan, yakni Serangan. Kebetulan letaknya berbatasan dengan wilayah Badung. Kami targetkan kegiatan serupa ini akan digelar hingga 60 kali dari kawasan selatan hingga utara Denpasar,” kata Ngurah.

Ia mengakui, eliminasi banyak disorot lembaga penyayang binatang di tingkat nasional maupun internasional. Namun, di sisi lain, Pemkot Denpasar memahami kekhawatiran masyarakat terhadap penyakit rabies. Selain vaksinasi, langkah efektif memotong rantai penularan rabies adalah eliminasi karena penularan terjadi melalui gigitan hewan pembawa rabies (HPR).

Untuk dapat melumpuhkan anjing-anjing liar itu, petugas menggunakan tiga cara, yakni tulup berisi jarum beracun, makanan dicampur racun, dan jaring. Hingga siang hari, petugas menangkap 19 ekor anjing.

Namun, praktisi hewan kecil yang juga mantan penyidik di Balai Penyidikan Penyakit Hewan Wilayah VI Denpasar, drh Soeharsono PhD, menyatakan, langkah eliminasi atas HPR yang masuk ke Bali tanpa dibarengi dengan langkah mengontrol populasi dan pengandangan HPR akan mubazir. (BEN)

Readmore »»

Rabu, 04 Februari 2009

Burung Bertahan Lantaran Otak

KOMPAS, Rabu, 04 Januari 2009, 00:52 Wib
Jika dinosaurus punah, burung diduga mampu bertahan dari kepunahan lantaran perkembangan otaknya.
Pendapat itu muncul setelah adanya penelitian terhadap fosil burung laut purba yang ditemukan di bagian tenggara Inggris oleh para peneliti dari Natural History Museum di London. Dari temuan tengkorak berusia 55 juta tahun tersebut diketahui otak burung berkembang sangat kompleks. Menurut salah seorang peneliti, Angela Milner, hal ini membuat ”nenek moyang” para burung mempunyai kondisi mental lebih baik ketimbang dinosaurus. Burung dapat beradaptasi lebih baik setelah bencana yang memusnahkan dinosaurus 65 juta tahun lalu. (National Geographic/INE)

Readmore »»

Selasa, 03 Februari 2009

Singapura

KOMPAS, Selasa, 03 Februari 2009, 00:38 Wib
Danny Tan, seorang warga Singapura, kecewa dan geram karena merasa jeri payahnya membuat museum kura-kura pribadi untuk dilihat masyarakat luas tidak dihargai, terutama oleh para pencuri. ”Saya membuka museum untuk mendidik masyarakat agar lebih dalam bisa memahami kura-kura. Tapi,
kini beberapa kura-kura tadi dicuri. Saya jelas sangat kecewa,” ujar Tan seperti dikutip media lokal, Senin (2/2). Pencuri yang belum diketahui berapa banyak jumlahnya itu membongkar museum pribadi milik Tan pada hari Sabtu lalu. Pencuri kemudian berhasil lolos dengan memboyong sepuluh ekor kura-kura yang termasuk langka dan berharga cukup mahal. Ini merupakan peristiwa pencurian yang ketiga di museum milik Tan itu dalam dua tahun terakhir. Sepuluh ekor kura-kura dari museum milik Tan itu cukup mahal karena ditaksir nilainya mencapai 75.000 dollar Singapura atau sekitar Rp 572 juta. Museum milik Tan ini menampilkan sejumlah kura-kura dan penyu hidup, beberapa di antaranya termasuk penyu yang langka. Sepuluh kura-kura yang hilang ini yakni tiga kura-kura radiasi yang termasuk berbahaya, salah satu di antara tiga kura-kura tadi termasuk jenis langka. Adapun tujuh lainnya adalah kura-kura bintang asal India. Perdagangan kura-kura beradiasi merupakan ilegal di Singapura karena statusnya berbahaya, sedangkan kura-kura bintang India dilarang diperdagangkan atau diperlakukan sebagai binatang piaraan oleh Pemerintah Singapura. Polisi kini terus melacak para pencuri dan kura-kura curiannya. Semoga kura-kura ini belum berubah menjadi sup atau sajian pangan lainnya. Maklum, mungkin saja si pencuri tak paham soal binatang langka dan sebagainya. Baginya yang penting jual dan mendapat uang.

Readmore »»

Jumat, 30 Januari 2009

Wellington

KOMPAS, Jumat, 30 Januari 2009, 00:28 Wib
Menjadi ayah pada usia 111 tahun? Jangan bingung dulu. Ini cerita soal seekor kadal bernama Henry di Museum Southland di Invercargill, Selandia Baru bagian selatan. Kadal langka dari era prasejarah berusia 111 tahun ini menjadi ayah dari 11 kadal lainnya hari Selasa (27/1). Semua ini karena
Henry baru diberikan jodoh. Sebelumnya, Henry tak punya selera kawin dan cenderung agresif begitu ada kadal betina. Rupanya, ada kanker pada bagian bawah tubuhnya yang membuat si Henry tak punya selera kawin. Begitu kanker diangkat, Henry langsung berselera. Saat disodorkan kadal betina, Mildred, yang berusia 31 tahun pada bulan Maret lalu, Henry langsung bersemangat. Hasilnya, Mildred bulan Juni lalu langsung bertelur 12 butir, tetapi hanya 11 butir yang menetas menjadi anak kadal. Henry, kadal dengan berat 1,2 kilogram dan panjang 60 sentimeter ini, kini tidak lagi agresif, melainkan punya selera kawin yang tinggi. Henry kini hidup dengan tiga kadal betina. ”Sebuah kehidupan yang harmoni. Kami berharap ada lagi yang bertelur tahun ini,” ujar Lindsay Hazley, petugas museum.

Readmore »»

Kamis, 29 Januari 2009

Rabies - 17 Anjing Ras Selundupan Disuntik Mati

KOMPAS, Kamis, 29 Januari 2009 01:15 WIB
Denpasar - Balai Karantina Pertanian Terpadu Kelas I Denpasar menyuntik mati 17 dari 20 anak anjing ras yang diselundupkan ke Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana. Langkah tegas ini dilakukan sebagai upaya mengurangi penularan penyakit rabies atau anjing gila.


Kepala Balai Karantina Pertanian Terpadu Kelas I Denpasar Ketut Diarmita di Denpasar, Rabu (28/1), mengatakan, pemusnahan dilakukan dengan menyuntikkan cairan strichnin ke tubuh setiap anjing secara bergantian, Selasa lalu di Jembrana.

Sebelum dimusnahkan, spesimen setiap anjing sudah diambil untuk diteliti di laboratorium Balai Veteriner Denpasar. Tiga ekor sudah mati sebelumnya karena lemas di bus.

”Kami memang bertindak tegas untuk menghindari penularan rabies ke Bali sekaligus menjadikan daerah ini bebas rabies kembali. Selain itu, bersama tim penanggulangan rabies daerah, kami juga tengah meneliti lebih jauh perihal strain virus rabies yang masuk ke Bali. Makanya, spesimen kami bawa ke laboratorium,” kata Diarmita.

Ia menyebut beberapa dasar hukum pemusnahan anjing- anjing ras itu, yaitu SK Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor 4775.a/PD 670 320/L/ 12/2008 dan SK Menteri Pertanian Nomor 1696/Kpts/ PD610/12/2008. Strain virus rabies yang ada di Indonesia saat ini ialah jenis Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Flores/Sulawesi.

Ke-20 ekor anak anjing ras itu ditemukan Kantor Polisi Pengamanan Pelabuhan (KP3) Laut Gilimanuk di sebuah bus wisata Senin lalu. Anjing-anjing itu ditemukan dalam enam keranjang plastik tanpa dilengkapi surat pengangkutan maupun asal-usul. Sopir bus itu mengaku dititipi seseorang saat melintas di Probolinggo, Jawa Timur, dengan tujuan Denpasar, Bali. Anjing-anjing itu diduga akan diperdagangkan di Denpasar. (BEN)

Readmore »»

Rabu, 28 Januari 2009

Lagos

KOMPAS, Selasa, 27 Januari 2009, 01:15 Wib

Polisi di Negara Bagian Kwara, Nigeria, Sabtu (24/1), menahan seekor kambing karena dicurigai hendak mencuri sebuah mobil Mazda 323. Lho, kok bisa?

Penahanan ini didasarkan pada keyakinan masyarakat di sana bahwa kambing warna belang, hitam putih, adalah penjelmaan seorang pencuri bersenjata yang hendak mencuri mobil tadi. Penduduk desa yang curiga menyerahkan kambing tersebut kepada polisi. Mereka yakin kambing itu adalah pencuri bersenjata yang menggunakan ilmu hitam dan menjelma sebagai kambing. ”Warga melaporkan, saat ronda mereka memergoki dua penjahat bersenjata hendak mencuri mobil. Peronda memburu penjahat tadi dan seorang lolos, sedangkan yang lainnya menjelma menjadi kambing,” ujar Tunde Mohammed, dari Kepolisian Negara Bagian Kwara. ”Saya tidak bisa memastikan kisah ini, tetapi yang jelas kambing tersebut ada dalam sel tahanan kami. Kami tidak bisa memberi informasi berdasarkan hal-hal mistis,” ujarnya. Pokoknya polisi masih terus menahan kambing tadi.

Readmore »»

Rekayasa Teknologi - Binatang Hasil Kloning Aman Dikonsumsi

KOMPAS, Rabu, 21 Januari 2009 01:57 WIB
Tokyo, Selasa - Kelompok studi dari lembaga keamanan pangan Jepang menyatakan, binatang-binatang hasil kloning aman untuk dikonsumsi. Namun, pernyataan itu belum direkomendasikan kepada pemerintah.


Masih dibutuhkan waktu beberapa lama sebelum Komisi Keamanan Pangan, yang berisi para ahli di tingkat lebih tinggi, mengumumkan kajian keamanan pangan hasil teknologi reproduksi yang kontroversial.
Juru bicara komisi, Kazuo Funasaka, mengatakan, kelompok kerja yang terdiri dari beberapa ahli saat ini sedang mencurahkan perhatiannya pada kajian kesehatan sapi dan babi hasil kloning.
”Asumsi diskusi itu adalah, bila binatang-binatang itu sehat, makanan yang dihasilkan dari binatang itu pun akan aman dikonsumsi,” katanya.
Ditambahkan, kesimpulan itu didasarkan atas pengetahuan dan informasi ilmiah yang tersedia saat ini. Sampai saat ini diasumsikan kadar keamanan mengonsumsi binatang hasil kloning sama dengan jenis dari binatang yang dipelihara secara konvensional. Belum ada keluhan pula setelah mengonsumsi hewan hasil kloning.

Efisiensi produksi ternak
Setahun sebelumnya, Amerika Serikat membuka pintu bagi produk susu dan daging dari sapi, babi, dan kambing/domba atau keturunannya hasil kloning ke dalam rantai suplai makanan.
Di Jepang, binatang hasil kloning dipertimbangkan sebagai teknologi kunci untuk efisiensi pada produksi ternak. Kementerian Kesehatan Jepang pada April 2008 meminta Komisi Keamanan Pangan mengkaji keamanan pangan dari beberapa jenis sumber konsumsi hewani.
Pemerintah Jepang sempat menghadapi kritikan tajam warga menyusul beras impor yang membusuk dan sejumlah skandal pangan tahun lalu. Hal itu membuat warganya lebih berhati-hati lagi mengenai produk pangan binatang hasil kloning.
Sejauh ini, Jepang berada di antara negara-negara penghasil binatang kloning seperti babi, sapi, dan kambing.
Sejak tahun 1998, jumlah sapi hasil kloning yang dipelihara lebih dari 550 ekor. Mereka juga memelihara sejumlah babi dan kambing hasil kloning untuk maksud penelitian.
Hingga kini, belum ada pernyataan keberatan atas pernyataan Komisi Keamanan Pangan Jepang tersebut. Proses kloning binatang pernah menjadi perdebatan keras antara kubu pendukung dan penentangnya terkait etika.(REUTERS/GSA)

Readmore »»

Kamis, 22 Januari 2009

Brussels

KOMPAS, Kamis, 22 Januari 2009, 01:02 WIB

Cuaca bersalju dan dingin di Belgia membuat pengelola rumah penampungan di Liege, Belgia, bersedia menampung tidak saja para tunawisma, tetapi juga binatang piaraan mereka. Michel Faway dari Badan Kesejahteraan Sosial kota Liege, Selasa (20/1), mengakui,

mereka akhirnya bersedia menampung delapan tunawisma yang meminta penampungan berikut dengan anjing piaraan mereka. Cuaca yang dingin membeku memaksa badan sosial ini lebih kompromistis. Sebelumnya, tunawisma selalu ditolak di rumah penampungan karena membawa binatang piaraannya. Penolakan ini tanpa kompromi, sekalipun cuaca sedang dingin seperti saat ini. Para tunawisma di Liege serta di seluruh Eropa kali ini sangat menderita akibat temperatur yang berada di bawah nol derajat Celsius. Pihak kota Liege kali ini sulit menolak tunawisma yang membawa anjing, mengingat cuaca dingin yang luar biasa. Kadang kala, jumlah tunawisma cukup besar sehingga tidak cukup untuk rumah penampungan yang kecil. Para tunawisma sampai harus dibawa menggunakan bus ke asrama sebuah klub sepak bola. Namun, soal kebijakan menampung tunawisma beserta anjing piaraannya diharapkan bisa juga diterapkan oleh pemerintahan kota lainnya di Belgia. Serba salah juga. Menyelamatkan seorang tunawisma yang manusia atau menyelamatkan seekor anjing? Pemerintah Liege rupanya memilih untuk menyayangi keduanya.(

Readmore »»

Ottawa

KOMPAS Selasa, 20 Januari 2009 01:08 WIB
Seekor kambing eksotik di kebun binatang Calgary, kawasan barat Provinsi Alberta, Kanada, secara tak sengaja menggantung dirinya setelah terjerat pada seutas tali dan terjatuh ke sebuah balok kayu. Gambar dari CTV, Minggu (18/1), memperlihatkan bagaimana kambing asal Turkmenistan itu tergantung pada tali di halaman kandangnya pada hari Jumat. Petugas kebun binatang kemudian berupaya menyadarkan kambing itu, tetapi gagal. Pihak kebun binatang mengatakan, kambing tersebut sedang bermain-main dengan sebuah bola pada ujung tali. Bola dan tali ini merupakan bagian dari alat untuk melatih dan menstimulasi kambing sehingga menarik perhatian pengunjung kebun binatang. Entah mengapa, kambing itu terjerat tali dan kemudian terjatuh ke balok kayu yang menyebabkan kematiannya. Kematian kambing di kebun binatang Calgary ini merupakan cerita terakhir dari serangkaian kematian yang menimpa penghuni kebun binatang itu. November lalu, seekor anak gajah mati karena virus. Pada Mei 2008, 41 ikan pari mati dan tak diketahui penyebabnya. Kurang sajen barangkali.

Readmore »»

Minneapolis

KOMPAS Senin, 19 Januari 2009 00:26 WIB

Gwen Beberg, salah satu personel militer AS yang bertugas di Irak, akhirnya bersatu lagi dengan Ratchet, anak anjing yang diselamatkannya dari sampah yang terbakar di Irak. Beberg kembali ke rumahnya di Spring Lake Park, Minnesota, Sabtu (10/1), setelah bertugas di Kentucky sejak dia kembali dari Irak. Beberg, perempuan tentara, dan seorang rekannya menyelamatkan anak anjing berusia empat pekan ini bulan Mei lalu. Beberg lantas jatuh sayang kepada anjing kecil yang dinamai Ratchet itu. Dia bahkan menjuluki Ratchet ”Fuzzy Little Love” karena selalu bisa menumbuhkan semangat hidupnya. Akan tetapi, militer AS punya peraturan tidak mau membawa anjing keluar dari Irak. Intinya, militer tidak mau ada seekor binatang dibawa dari Irak. Namun, belakangan, militer mengatakan anjing tersebut bisa dibawa asalkan dengan pesawat khusus. Kisah Beberg dan Ratchet ini sampai ke kelompok penyayang binatang yang lantas mengatur sebuah penerbangan bagi Ratchet. Anjing kecil itu akhirnya bisa sampai ke Minnesota pada bulan Oktober dan untuk sementara berada bersama orangtua Beberg sampai dia berjumpa lagi hari Sabtu.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/01/19/00264465/kilasan.kawat.sedunia

Readmore »»

Senin, 12 Januari 2009

New York - Dipulangkan ke Laut

Neil Robinson di Portsmouth, New Hampshire, Amerika Serikat, membawa lobster berusia 140 tahun berbobot 10 kilogram. Dia memulangkan lobster bernama George tersebut ke laut di Kennebunkport, Maine, Sabtu (10/1). George ditemukan di sebuah restoran makanan laut di New York City.


Seekor lobster yang diperkirakan berusia 140 tahun akhirnya kembali mendapatkan kebebasannya. Kelompok penyayang binatang, Rakyat bagi Perlakuan Binatang, Jumat (9/1), mengatakan, lobster seberat sembilan kilogram ini sebelumnya sudah menjadi maskot sebuah restoran di New York, AS. Lobster gaek ini ditangkap sekitar dua pekan lalu di Pantai Kanada dan dibeli seharga 100 dollar AS (sekitar Rp 1,05 juta) untuk dijadikan maskot Restoran City Crab and Seafood di New York. ”Kami membeli lobster dan mulai menjadi perhatian, terutama anak-anak. Semuanya berjalan baik,” ujar Keith Valenti, manajer restoran makanan laut itu. Namun, Valenti mengaku tidak kecewa harus mengembalikan lobster tua itu ke laut lepas, ke kehidupan bebasnya selama ini. Kok bisa memastikan lobster itu berusia sekitar 140 tahun? Usia lobster memang sejalan dengan berat tubuhnya. Setiap setengah kilogram berat seekor lobster membutuhkan waktu pertumbuhan sekitar tujuh hingga 10 tahun. Lobster di New York ini punya berat sembilan kilogram dan memang mempunyai ukuran tubuh yang luar biasa. Sangat jarang bisa menangkap lobster dengan usia lebih dari 100 tahun karena ukuran keranjang penangkap lobster yang terlalu kecil bagi lobster berusia di atas 100 tahun. Lobster ini akhirnya harus dibebaskan setelah ada konsumen restoran menelepon kelompok penyayang binatang itu.

Readmore »»

Investigating Puppy Mills

The Truth About Puppy Mills
Lisa and Bill spend the next two days tracing the pet store puppies back to their breeders. Bill has fostered relationships with hundreds of breeders across Pennsylvania.
He asks them to give him the dogs they no longer want or, worse, the ones they're planning to kill. Bill says these breeders most often want to get rid of older females and younger males. Breeders only need one or two male dogs to breed with every 20 fertile females, so young female dogs are valuable in puppy mills.Lisa and Bill head to the breeder where the black cockapoo was born. The breeder tells them its mother is one of the dogs in cages outside. Lisa and Bill then followed the breeder into a building full of cramped wooden crates stuffed with dogs. "The spaces are so small, the mothers are stepping all over their babies," Lisa says. Bill says he thinks many of these dogs have never walked in the grass though they live on a 60-acre property.Visiting the home of the Labrador retriever puppies, Lisa and Bill find the lab puppies' mother in a small, mud-filled pen. Her teats are swollen—Bill says this is evidence she's had many litters of puppies.
Lisa and Bill continue on to see other nearby puppy mills. In one, they find 30 to 40 dogs in wire-floored rabbit cages stacked to the ceiling in a room that reeks of urine and feces.Before they go to one breeder's property, Bill warns Lisa about what she may see. "It's probably the worst place I've ever been to in my life. He has dogs running on wheels in fan casings," Bill says. The contraptions look like big gerbil wheels. "[The breeder] claims that it's good for them because they get exercise," Bill says.That breeder wouldn't let them see his dogs, but Lisa and Bill saw two dead animals on the property.At a third breeder's facility, Lisa and Bill see outdoor cages that house scores of Pomeranians. Bill tells Lisa that not only have those dogs probably never been out of those small cages, it's likely that they remain outside even in bad weather and could die from exposure.

Readmore »»